Jumat, 27 April 2012

Kontrasepsi Hormonal



BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup besar, sehingga perlu dilakukan program pembatasan angka kelahiran. Program pembatasan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program keluarga berencana yang disingkat dengan KB. Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya untuk membatasi angka kelahiran tetapi juga mengurangi angka mortalitas  ibu dan anak, terutama ibu dengan usia tua, yang ketika hamil, angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi dan juga kemungkinan anak yang dilahirkan menderita gangguan kromosomal seperti sindrom Down dan sebagainya cukup tinggi.
Program KB di Indonesia dijalankan dengan cara kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Namun sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal, karena idealnya suatu kontrasepsi dilihat dari daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal .
Sejak diberlakukannya program KB di Indonesia dan sejak berkembangnya kontrasepsi di Indonesia, penggunaan kontrasepsi masih dalam taraf  belum cukup memuaskan , sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan untuk menggunakan kontrasepsi dengan alasan takut akan efek samping yang merugikan bahkan lebih memprihatinkan adalah bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu apa itu kontrasepsi, terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dan yang tidak berpendidikan. Padahal sampai saat ini kontrasepsi di Indonesia telah mengalami evolusi yang cukup signifikan dalam hal daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat dan efek samping minimal. Dengan mengenal seluk beluk alat kontrasepsi, mulai dari apa itu kontrasepsi hingga efek samping yang ditimbulkan diharapkan kedepannya kontrasepsi dapat dengan mudah diterima dan jangkau oleh masyarakat Indonesia terutama masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil. Untuk itu perlunya digalakkan edukasi yang optimal mengenai kontrasepsi. Oleh karena itu, adalah sebuah langkah yang baik jika pemahaman tentang kontrasepsi ditingkatkan oleh seorang calon dokter praktik umum. Sehingga nantinya diharapkan seorang dokter praktik umum mampu melakukan edukasi dan penatalaksanaan secara paripurna mengenai kontrasepsi. Dan pada akhirnya, dengan pemahaman yang baik di kalangan calon dokter praktik umum, program keluarga berencana di Indonesia dapat berjalan dengan baik.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KONTRASEPSI HORMONAL         
2.1 Amenorea
Amenorea adalah hilangnya periode menstruasi pada wanita yang reproduktif. Amenorea fisiologis terjadi saat wanita hamil dan menyusui, dan menepouse. Terjadinya amenorea dapt disebabkan oleh banyak faktor. Disebut Amneorea primer jika selam hidupnya wanita tersebut belum pernah mengalami menstruasi. Sedangkan disebutk amenorea sekunder jika wanita tersebut pernah mengalami menstrausi.
Penyebab amenorea primer antara lainnya:
1.      Disgenesis gonad, termasuk Turner Syndrome.
2.      Mullerian agenesis (Mayer-von-Rokitansky-Küster-Hauser syndrome (MRKH)).
4.      Keterlambatan pematangan hypothalamic-pituitary.
5.      Olfacto-genital dysplasia, Kallmann syndrome.
6.      Obstruksi Vagina, cryptomenorrhea, himen imperforata.
7.      Abnormalitas reseptor hormon FSH dan LH.
9.      Swyer syndrome
10.  Galactosemia
11.  Kekurangan enzim aromatase
13.  Male pseudo-hermaphroditism (1 dari 150 ribu kelahiran)
14.  Kelainan  intersex lainnya.

Sedangkan penyebab amenorea sekunder antara lainnya:
1.      Kehamilan
2.      Anovulasi
3.      Menopause
4.      Menopause dini
5.      Disfungsi Hypothalamic-pituitary, termasuk 
1.      Amenorea pasca latihan berat
2.      Amenorea akibat stress,
3.      Gangguan makan dan berat badan (kegemukan, anorexia nervosa, atau bulimia)
6.      Hyperprolactinemia
7.      Polycystic ovary syndrome (PCO-S)
8.      Tumor yang menghasilkan androgen seperti arrhenoblastoma
9.      Asherman's Syndrome
10.  Disfungsi tiroid
12.  Drug-induced
b.Patofisologi
Untuk mencetuskan terjadinya menstruasi dibutuhkan mekanisme stimulasi dan inhibisi yang berjalan sinergis. Hormon LH, progesteron, dan estrogen berguna untuk mencetuskan terjadinyaproses menstruasi dan seks sekunder. Terjadinya amenorea menunjukkan adanya gangguan di salah satu sisitem hormon reproduksi. Misalnya pada amenorea Hypogonadotropic terdapat kadar hormon FSH dan rendah. Oleh karena itu terjadinya amenorea harus diketahui untuk terapi yang adekuat sesuai dengan penyebabnya.
c.Tatalaksana
Tatalaksana tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Pada keadaan hormon estrogen dan progesterin yang rendah maka pemberiaan hormon replacment sangat berguna. Tetapi kalau penyebabnya karena tidak berfungsinya hipotalamus atau ovarium maka pemberiaan hormon tidak terlalu bermanfaat.
2.2 Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam pada endometrium (mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak cocok untuk ovum yang telah dibuahi).1
2.3 Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi  mengandung kombinasi estrogen dan progesteron sintetik atau hanya progestin. Estrogen menekan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan mencegah perkembangan folikel dominant. Estrogen juga menstabilkan bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja progestin. Progestin menekan peningkatan Luteinizing Hormone (LH) sehingga mencegah ovulasi. Progestin juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim sehingga mempersulit perjalanan sperma dan atrofi endometrium sehingga menghambat implantasi.1
2.4 Kontasepsi kombinasi ( hormon estrogen dan progesteron).1
2.4.1 Pil kombinasi
Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sintetik. Pil diminum setiap hari selama tiga minggu diikuti dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah etinil estradiol atau mestranol dalam dosis 0,05; 0,08 ; 0,1 mg pertablet. Progestinnya bervariasi.
  1. Jenis
  • Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Contoh: microgynon

Komposisi
21 tablet masing-masing mengandung 0.15 mg Levonorgestrel dan 0.03 mg Etinilestradiol serta 7 tablet plasebo.
Dosis dan Cara Pemakaian
Satu tablet diminum tiap hari selama 28 hari berturut-turut. Kemasan berikutnya dimulai setelah tablet pada kemasan sebelumnya habis.

Tidak menggunakan kontrasepsi hormon sebelumnya (pada bulan yang lalu). Pemakaian tablet harus dimulai pada hari ke-1 dari siklus alami wanita (yaitu hari pertama menstruasi) dimulai dari bidang biru dari kemasan dan pilih tablet sesuai dengan harinya (seperti "Sen" untuk Senin). Mulai pada hari ke 2-5 diperbotehkan, akan tetapi selama siklus pertama dianjur¬kan untuk menggunakan metoda pencegahan tambahan selama 7 hari pertama minum tablet.

Pemakaian selanjutnya
Jika kemasan pertama Microgynon telah habis, mulailah kemasan yang baru tanpa terputus pada hari berikutnya, sekali lagi pilih tablet pada bidang biru sesuai dengan hari pada saat itu.

  • Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dua dosuis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Contoh: Climen 28
Komposisi
Terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2 mg dan 12 tablet pink berisi estradiol valerate 2 mg dan cyproterone acetate 1 mg.
Cara pemakaian
Minumkan tablet putih satu kali sehari selama 16 hari dilanjutkan dengan tablet pink satu kali sehari hingga habis.
  • Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Contoh: TRINORDIOL*-28
Komposisi
Tiap kemasan Trinordiol*-28 berisi 28 tablet. Tablet-tablet ini disusun dalam kemasan menurut urutan sebagai berikut: 6 tablet kuning tua dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.05 mg levonorgestrel, 5 tablet putih dari 0.04 mg etinilestradiol dan 0.075 mg levonorgestrel, 10 tablet kuning dari 0.03 mg etinilestradiol dan 0.125 mg levonorgestrel, 7 tablet innert merah dari 31.835 mg laktosa.

Dosis dan Cara Pemakaian
 Satu tablet sehari untuk 28 hari berturut-turut dalam urutan yang tepat  seperti diuraikan di atas. Tablet-tablet diminum terus menerus tanpa  dihentikan.  Segera setelah satu kemasan habis, mulailah dengan kemasan  yang baru dan diminum seperti diuraikan di atas. Dianjurkan tablet Trinordiol*-28 diminum setiap hari pada waktu yang sama, sebaiknya setelah makan atau pada waktu mau tidur. Bila pemakai merasa mual, sebaiknya tablet diminum dengan susu.
Sikluspertama:
Selama pemakaian siklus pertama, pasien dianjurkan meminum satu tablet setiap hari selama 28 hari berturut-turut, dimulai dari hari pertama dari siklus haid (hari kesatu datangnya haid adalah hari pertama). Perdarahan akan terjadi sebelum tablet Trinordiol*-28terakhir diminum.

Siklus-siklus Berikutnya:
Pemakai hendaknya segera mulai kemasan berikutnya walaupun perdarahan masih berlangsung. Tiap 28 hari penggunaan Trinordiol*-28 dimulai pada hari yang samaseperti pada pemakaian pertama kalinya pada bagian foil berwarna merah dan mengikuti jadual yang sama.
Meskipun terjadinya kehamilan sangat kecilbila tablet digunakan sesuai petunjuk bila perdarahan tidak terjadi setelah tablet terakhir diminum, kemungkinan hamil harus dipertimbangkan.

Bila pasien tidak menuruti cara penggunaan yang tertera (lupa satu atau lebih tablet atau mulai minum tablet yang terlupa pada hari terlambat daripada seharusnya) kemungkinan hamil harus dipertimbangkan pada saat tidak terjadi haid dan dilakukan cara-cara dianostik yang tepat sebelum pengobatan dilanjutkan.Bila pasien telah mengikuti petunjuk pengobatan dan telah minum tablet dua siklus berturut-turut tidak terjadi haid, tidak terjadinya kehamilan harus benar-benar dipastikan oleh dokter atau petugas kesehatan yang ditunjuk sebelum penggunaan tablet kontrasepsinya dilanjutkan.



Tablet-tablet yang Terlupa Diminum
Pemakai harus diinstruksikan untuk meminum tablet yang terlupa secepatnya setelah teringat. Bila dua tablet berturut-turut terlupakan, keduanya harus diminum setelah teringat. Tablet berikutnya harus diminum pada waktu yang sama. Tiap saat pasien terlupakan satu atau dua tablet , ia harus juga mnggunakan cara kontraseptiva tambahan non steroidal (misalnya cara mekanis) sampai ia telah meminum satu tablet tiap hari untuk 7 hari berturut-turut. Bila tiga tablet berturut-turut selain tablet berwarna merah terlupakan, semua pengobatan harus dihentikan dan sisa obat harus dibuang. Siklus tablet yang baru harus dimulai pada hari kedelapan setelah tablet terakhir diminum dan suatu kontraseptiva tambahan non steroidal (misalnya cara mekanis) sampai ia telah meminum satu tablet tiap hari untuk 14 hari berturut-turut.

  1. Cara kerja
Secara umum pil kombinasi berkerja dengan cara menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma, dan Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan tergenggu.
  1. Manfaat
  • Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
  • Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
  • Tidak mengganggu hubungan seksual.
  • Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
  • Dapat digunakan jangka panjang, selama perempuan masih ingin menggunakannya.
  • Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
  • Mudah dihentikan setiap saat.
  • Kesuburan segera kembali setelah pengunaan pil dihentikan.
  • Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, akne.


  1. Keterbatasan
  • Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya tiap hari.
  • Mual terutama pada 3 bulan pertama.
  • Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.
  • Pusing dan nyeri payudara.
  • Berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memilki dampak positif.
  • Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI).
  • Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang.
  • Dapat meningkatkan tekanan darah dan terensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-hati.
                  
  1. Yang dapat menggunakan Pil kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:
  • Usia reproduksi.
  • Telah memiliki anak ataupu yang belum.
  • Gemuk atau kurus.
  • Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
  • Pasca keguguran.
  • Anemia karena haid berlebihan.
  • Nyeri haid hebat.
  • Siklus haid tidak teratur.
  • Riowayat kehamilan ektopik.
  • Kelainan payudara jinak.
  • DM tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.
  • Penyakit tiroid, radang panggual, endometriosis atau tumor ovarium jinak.
  • Menderita TB kecuali yang sedang menggunakan rifampisin.
  • Varises vena.

  1. Yang tidak boleh menggunakan Pil kombinasi:
  • Hamil atau dicurigai hamil.
  • Menyusui eksklusif.
  • Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
  • Penyakit hati akut.
  • Perokok dengan usia >35 th.
  • Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi > 180/110 mmHg.
  • Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM > 20th.
  • Kanker payudara atau yang dicurigai kanker payudara.
  • Migrain dan gejala neurologis fokal (epilepsi/ riwayat epilepsi).
  • Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

  1. Waktu mulai menggunakan pil kombinasi
  • Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
  • Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
  • Boleh menggunakan pada hari ke-8 haid, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari 8 sampai hari 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
  • Setelah melahirkan: 6 bulan pemberian ASI eksklusif; setelah 3 bulan dan tidak menyusui; pascakeguguran segera atau dalam waktu 7 hari).

2.5 Suntikan kombinasi.1
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM. Sangat efektif 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan.

  1. Cara kerja
Secara umum menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, atrofi endometrium, dan Menghambat transportasi ovum lewat tuba.

2.6 Kontrasepsi pil progestin (minipil).1
a. Jenis minipil
  • Kemasan dengan isi 35 pil: 300ug levonorgestrel atau 350ug noretindron.
  • Kemasan dengan isi 28 pil: 75ug dosegestrel.

  1. Cara kerja minipil
  • Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu kuat).
  • Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
  • Mengentalkan lendir serviks.
  • Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi ovum terganggu.

  1. Efektivitas
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu-dua tablet karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena dapat meningkatkan penetrasi sperma. Dalam menggunakan minipil sebaiknya jangan sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada jam yang sama, senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil.
  1. Keuntungan
  • Cocok untuk perempuan menyusui.
  • Sangat efektif jika digunakan secara benar.
  • Tidak mempengaruhi produksi ASI.
  • Nyaman dan mudah digunakan.
  • Kesuburan cepat kembali.
  • Sedikit efek samping.
  • Tidak mengandung estrogen
  • Dapat dipakai sebagai senggama.
  • Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid.
  • Mencegah kanker endometrium.
  • Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada perempuan DM yang belum mengalami komplikasi.

  1. Keterbatasan
  • Hampir 30-60% mengalami gangguan haid.
  • Peningkatan/penurunan berat badan.
  • Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
  • Bila lupa satu pil saja maka kegagalan menjadi lebih besar.
  • Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.
  • Efektivitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat OAT (rifampisin) dan obat epilepsi (fenitoin, barbiturat).

  1. Kontraindikasi
  • Hamil/diduga hamil
  • Perdarahan pervaginam yang belum tahu penyebabnya.
  • Kanker payudara.
  • Mioma uteri.
  • Riwayat stroke, PJK.

2.7 Kontrasepsi implan.1
a. Jenis
  • Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 3,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
  • Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 4 mm, dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-dosegestrel dan lamam kerjanya 3 tahun.
  • Jadena dan Indoplan. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lamam kerja 3 tahun.
b. Cara kerja
  • Secara umum bekerja dengan menekan ovulasi, Mengentalkan lendir serviks,  Atrofi endometrium, dan menghambat transportasi ovum lewat tuba. Efektivitas sangat efektif 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan.

2.7 AKDR dengan progestin.1
Jenis AKDR yang mengandung levonogestrel.
  1. Kontraindikasi absolut
  • Kondisi dengan kecenderungan infeksi termasuk leukemia, AIDS, penyalahgunaan obat, penggunaan steroid.
  • Penyakit katup jantung (KI relatif).
  • Belum pernah melahirrkan (KI relatif).
  • Penyakit Wilson.
  • Alergi terhadap tembaga.

  1. Keuntungan
  • Kecepatan pelepasan hormon konstan selamam 5 tahun.
  • Mungkin merupakan metode kontrasepsi revesibel yang paling efektif untuk periode 5 tahun.
  • Mengurangi dismenore dan menoragia.

2.8 Perbandingan antara obat kontrasepsi oral dan contohnya
1.      Dosegestrel/Etinil estradiol.2,13
Rumus kimia:  C23H27N
a.      Indikasi
Dosegestrel/etinil estradiol digunakan untuk mencegah kehamilan.
b.      Interaksi
·         Golongan azole antifungal (itraconazole), barbiturat, carbamazepine, felbarmate, griseofulvin, ritonavir, hidantoin, nevirapine, penisilin, rifampisin, topiramate, dan troglitazone menurunkan efektivitas dosegestrel/etinil estradiol.
·         Efek samping dari obat beta bloker atenolol, selegiline, teofilin, dan troleandomisin ditingkatkan oleh dosegestrel/etinil estradiol.
·         Efektivitas lamotrigin diturunkan oleh dosegestrel/etinil estradiol.
c.       Sediaan beredar
Gracial (Organon), Marvelon (Organon), Mercilon (Organon)
d.      Perhatian
Resiko kehamilan jika terlupa minum pil, terutama awal siklus. Harus dilakukan
 pemeriksaan darah tinggi, perabaan hati, gula darah, kadar lemak.
e.       Efek samping
Mual, mastalgia, perdarahan antar haid, sakit kepala ringan, jerawat.
f.       Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan diubah menjadi etonogestrel. Konsentrasi plasma puncak mencapai 2 ng/ml  setelah 1,5 jam setelah minum. Bioavailabilitas 62-81%.
g.      Distribusi
Etonogestrel terikat pada albumin serum dan sex hormone binding globulin (SHBG). Hanya 2-4% dari total konsentrasi serum berada dalam bentuk steroid bebas, 40-70% berikatan dengan SHBG. Etinil estradiol sendiri menginduksi peningkatan ikatan desogestrel dengan SHBG dan menurunkan ikatan desogestrel dengan albumin. Volume distribusi desogestrel adalah 1,5l/kg.

h.      Metabolisme
Etonogestrel dimetabolisme seperti halnya metabolismesteroid lainnya. Laju klirens metabolik adalah 2 ml/menit/kg. Eliminasi Desogestrel dan metabolitnya diekskresikan melalui urindan empedu dalam perbandingan 6:4.
2.      Mestranol/noretindrone.3,13
Nama generik: Mestranol/Norethindrone (MES-tra-nole/nor-eth-IN-drone)
Nama dagang: Norinyl 1 + 50 dan Ortho-Novum 1/50

a.      Indikasi
·         Mencegah kehamilan.
·         Mengatur siklus menstruasi.

b.      Kontraindikasi
·         Alergi
·         Sedang hamil atau tersangka hamil.
·         Perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya.
·         Kanker payudara, serviks ataupu uterus.
·         Stroke, PJK, trombosis vena.
·         Tumor hati.
c.       Interaksi Obat
·         Acitretin, aprepitant, azole antifungal seperti ketoconazole, barbiturates seperti fenobarbital), bosentan, karbamazepine, felbamate, griseofulvin, hydantoins seperti fenitoin, modafinil, nevirapine, penicillins seperti amoxicillin, protease inhibitor seperti indinavir, rifamycins seperti rifampin, St. John's wort, tetrasiklin seperti doksisiklin, topiramate, atau troglitazone menurunkan efektivitas mestranol/norethindron.
·         Beta bloker seperti metoprolol, cyclosporine, theophyllines, atau troleandomycin dengan mestranol/ norethindron efek sampingnya ditingkatkan.
·         Kortikosteroid seperti prednisone, efek sampingnya seperti wajah bulan, peningkatan berat badan, retensi cairan, peningkatan tekanan darah, peningkatan gula darah, ditingkatkan oleh mestranol/ norethindron.
·         Antikoagulan oral (warfarin) efek sampingnya yaitu perdarahan ditingkatkan oleh mestranol/noretindron.
·          Efektivitas dari Lamotrigine diturunkan oleh mestranol/norethindron.

3.      Depomedroksiprogesteron asetat.4,13
Nama generik: Medroksiprogesteron asetat.
Nama dagang:  Depo-Provera
Merupakan kontrasepsi injeksi yang diberikan tiap 3 bulan sekali. Kontrasepsi ini kurang ideal pada pasien yang  menghendaki cepat hamil setelah menghentikan kontrasepsi ini. Dari studi didapatkan bahwa hanya 68% saja wanita yang hamil dalam 12 bulan setelah penghentian konrasepsi ini. Lamanya jangka waktu penggunaan kontrasepsi ini tidak mempengaruhi lamanya penundaan kehamilan setelah menghentikan.
a.      Indikasi
Kontrasepsi oral.
b.      Kontraindikasi   
Perdarahan di vagina atau kelainan patologis yang tidak   diketahui penyebabnya,
dan kehamilan.
c.       Efek Samping     
Reaksi anafilaktik, tromboembolik, tromboflebitis, emboli  paru, payudara lembek
dan galaktore, erosi, dan perubahan sekresi pada leher rahim, hipereksia yang
tidak diketahui penyebabnya, wajah bulan, perubahan berat badan, perubahan
warna kulit ditempat suntikan.
d.      Sediaan
Cyclofem (Tunggal Idaman Abdi), Cyclogeston (Triyasa), Depogeston (triyasa),
 Deponeo (triyasa), Depo-Progestin (Harsen).

4.      Linestrenol.5,13
a.      Indikasi
Kontrasepsi Oral
b.      Kontraindikasi
Kehamilan, penyakit hati parah, ikterus, sindrom rotor, dan Dubbin Johnson, dan
 wanita muda dengan siklus belum teratur.
c.       Efek Samping
Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara. Jika timbul perdarahanringan pada
bulan-bulan awal dapat dilanjutkan tapi jika parah hentikan.
d.      Perhatian
Lakukanpemeriksaan fisik terautue 3 atau 6 bulan sekali. Hentikan jika timbul
 gejal tromboembolik, hati-hati pada penyakit miokard, ginjal, epilepsi, atau
 migran.

e.       Interaksi obat
Jangan diberikan bersamaan rimfapisin, barbiturat, obat antiepilepsi tertentu.
f.       Sediaan beredar 
Exluton (Organon), Lyndiol (Organon), Ovostat (Organon).

5.      Levonorgestrel.6,13
       
a.      Indikasi
Kontrasepsi hormonal jangka panjang 3 tahun untuk wanita
b.      Kontraindikasi
Perdarahan vagina dengan penyebab yang tidak jelas, kanker yang berkaitan
dengan hormonal, perdarahan uterus dengan sebab tidak jelas, gangguan
tromboemboli atautrombofleblitis.
c.       Efek Samping
Menstruasi, spotting, menorrahgi, metroragi, amenorea, sakit kepala, gugup,
 mual, pusing, perubahan selera makan, perubahan libido, hirsutisme, gatal-gatal,
 rasa nyeri pada tempat pemasangan, anemia dan tekanan darah tinggi.
6.      Etonogestrel.7,13
a.      Indikasi
Kontrasepsi jangka panjnag yang reversibel
b.      Kontraindikasi
Kehamilan, perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis, hipersensitivitas.

c.       Perhatiaan
Keuntungan penggunaan progesteron harus ditimbang dengan kemungkinan
resiko untuk setiap kasus individual dan dibahas dengan wanita calon akseptor
sebelum menggunakan implamt.
d.      Sediaan beredar
Implanon (Organon)
7.      Gestoden.8,13
a.      Indikasi
Kontrasepsi oral
b.      Kontraindikasi
Tromboemboli vena dan arteri, diabetes dengan perubahn vaskular, prankreatitis
 atau  hipertrigleresemia, penyakit hati, gagal ginjal akut.
c.       Sediaan beredar
Gynera (Schering)
8.      Drospirenon.9,13
Memiliki efek antimineral kortikoid dengan megabit sistem RAAS dan sebagai anti antiandrogenik yang bermanfaat untuk wanita yang mengalami retensi cairan karena hormon dan wanita yang menderita akne dan seborea. Bioviabilitas sekitar 76 % dan tidak diikat oleh sex hormon maupun oleh kortikosteroid. Akan tetapi diikat oleh protein serum. Pada sebagian orang dapat menyebabkan hiperkalemia jika dikombinasi oleh sprinalaktone.
a.      Indikasi               
Kontrasepsi oral
b.      Kontraindikasi
Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis atau hipertrigliseridemia, penyakit
 hati, gagal ginjal akut, tumor hati (jinak atau ganas), keganasan alat genital ayau
 payudara, perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnostik, kehamilan, dan
 hipersensitif.
c.       Sediaan Obat      
Yasmin (Schering)
9.      Cyproterone Acetat.10,13
Nama generik              : (3'H-Cyclopropa(1,2)pregna-1,4,6-triene 3,20-dione,6-chloro-1-beta,2-beta-dihydro-17-hydroxy-).
Nama dagang              : Diane 35 (Schering)
Cyproterone acetate merupakan derivat dari 17-hydroxyprogesterone Memiliki efek antiandrogenik dengan  efek lemah terhadap progestational dan  glucocorticoid. Cyproterone acetate  dimetabolisme oleh enzim CYP3A4 menjadi bentuk aktif 15β-hydroxycyproterone acetate,  Sebagian akan dihidrolisis menjadi cyproterone and acetic acid. Akan tetapi seperti halnya horman steroid esterase lainnya, cyproterone acetate sulit untuk dihidrolisis. Sehingga banyak dalam bentuk cyproterone acetate. Hal inilah yang menyebabkan  cyproterone acetate memiliki efek antiandrogenik yang kuat.
Cyproterone acetate  mengahambat  steroidogenic enzyme 21-hydroxylase dan 3beta-hydroxysteroid dehydrogenase. Dimana kedua enzim terse but iguana untuk membentuk cortisol. Hambatan terhadap 21-hydroxylase  juga mongering produksi dari aldosterone. Efek terhadap progestational dan glucocorticoid mongering hormon gonadotropins, yang menyebabkan turunya kadar testosterone sehingga baik sebagai pengobatan antiandrogen.
Selain itu  cyproterone acetate dikombinasikan dengan 5-alpha-reductase inhibitor finasteride dapat mengatasi keluahan hirsutisme. Beberapa  studi invitro juga menunjukkan bahwa  cyproterone atau cyproterone acetate dapat mengobati benign prostat hyperplasia.

a.      Indikasi
Diindikasikan untuk ca prostat, benign prostat hyperplasia, hirsustisme, terapi
 hormon maupun kontrasepsi oral.
b.      Kontraindikasi   
Wanita hamil, Tromboemboli vena dan arteri, pankreatitis akut, penyakit hati,
gagal ginjal akut, tumor hati (jinak atau ganas), keganasan alat genital atau
payudara, perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnostik,  dan hipersensitif.
c.       Efek Samping
Merusak Hati, Hiperkalemi, Trombosis vena dalam, perubahan mood, dapat
menyebabkan osteoporosis.
d.      Dosis
Untuk kontrasepsi  2mg cyproterone acetate dikombinasi dengan  35 atau 50 mcg
 ethinylestradiol. Diminum selama 21 hari dan diintervalkan selama  7 hari.
10.  Marvelon.11,13
Marvelon merupakan obat kontrasepsi hormonal yang merupakan kombinasi dari 2 zat aktif yaitu etinilestradiol dan desogestrel. Etinilestradiol merupahan hormon sintetik dari estrogen wanita dan desogestrel merupakan generasi ketiga hormon sintetik dari progesteron. Sediaan dalam bentuk tablet
a.      Komposisi
Merupakan kontrasepsi oral monofasik. Dua puluh satu tablet besar warna putih  mengandung 0,15 mg desogestrel dan 0,03 mg etinilestradiol. Tujuh tablet putih yang tidak mengandung zat aktif. Yang mengandung silicon dioksida, laktosaa, magnesium stearat, tepung kentang, povidone, asam stearat, alfa tokoferol.

b.      Indikasi
Kontrasepsi oral.
c.       Kontraindikasi
·         Trombosis atau riwayat trombosis vena dalam, emboli paru, infark miokard dan stroke.
·         Tia, angina pektoris.
·         Terdapat faktor yang meningkatkan kejadian trombosis seperti hipertensi.
·         Gangguan fungsi hati yang lama dan ireversibel.
·         Tumor hati.
·         Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
·         Diketahui atau dicurigai hamil.
·         DM dengan komplikasi vaskular.
·         Hipersensitif terhadap komponen.
11.  Etinil estradiol.12,13
a.      Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap. Konsentrasi plasma puncak dicapai 80 pg/ml dalam 1-2 jam setelah pemberian. Biaoavailabilitas setelah mengalami konjugasi presistemik dan metabolisme pintas pertama adalah 60%.
b.      Distribusi
Etinil estradiol berikatan dengan albumin hampir 98,5% dan menginduksi peningkatan kadar SHBG serum. Volume distribusi adalah 5L/kg.
c.       Metabolisme
Etinil estradiol mengalami konjugasi presistemik oleh mukosa usus dan hati. Metabolitnya akan dikonjugasi dengan glukoronida dan sulfat. Laju klirens metabolik adalah 5 ml/menit/kg. Eliminasi Metabolitnya diekskresikan lewat urin dan empedu dengan rasio 4:6. Waktu paruh ekskresi metabolitnya adalah 1 hari.

d.      Cara pemberian
Tablet diminum setiap hari satu tablet sehari.
Jika pengguna lupa minum tablet dalam waktu kurang dari 12 jam, efektivitasnya tidak berkurang. Tablet yang terlupa harus segera diminum dan tablet yang akan diminum berikutnya, diminum sesuai dengan waktu biasanya. Jika pengguna lupa minum sampai lebih dari 12 jam maka efektivitas proteksinya berkurang. Hal ini berlaku juga untuk pil KB yang emnggunakan pil 21 tablet.
2.9 Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keluarga Berencana.1
Konseling dan Persetujuan Tindakan Medis merupakan prinsip utama dari pelayanan keluarga berencana.
a.      Konseling
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dalam melalukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
b.      Persetujuan Tindakan Medik
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat tindakan medis diperlukan. Misalnya pada kontrasepsi mantap, amak persetujuan harus dari pasangan suami istri. Setelah calon peserta dan pasangannya menandatangani persetujuan tindakan medik, pel;ayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medik terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar.
                               


Gambar 1. Standar Pelayanan Keluarga Berencana.1


 




















   BAB III
ILUSTRASI KASUS

I.                   IDENTITAS
Nama                                 :           Ny.H
Usia                                   :           50 Tahun
Jenis Kelamin                    :           Perempuan
Suku                                  :           Padang
Alamat                               :         Jl. Sahardjo No.18 Jakarta Selatan
Pekerjaan                           :           Guru SD
Pendidikan                                    :           S1
Datang ke Poliklinik Kebidanan RSCM tanggal 15 Mei 2009    

II.                ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan Secara Autoanamnesis Tanggal 15 Mei 2009
1.      Keluhan Utama
Kontrol Rutin
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Sembilan bulan SMRS pasien mengatakan bahwa belum mendapat menstruasi selama lima bulan. Oleh karena itu pasien datang kepoliklinik kebidanan untuk melepas IUD dan berkonsultasi apakah pasien telah menepause. Setelah berkonsultasi pasien dianjurkan untuk mengganti kontrasepsinya dari IUD ke pil. Saat itu pasien diberi pil KB microglynon.

Tujuh bulan SMRS pasien datang kembali dengan keluhan bahwa dengan memakai pil microglynon  berat badannya bertambah selain itu sering merasa daerah payudaranya menjadi sakit. Tetapi setelah memakai pil tersebut pasien mengalami menstruasi. Oleh karena itu oleh dokter diganti menjadi pil KB dengan merek Diane 35

Selama pemakaian pil Diane 35 pasien merasa berat badannya menurun dan menstruasi lancar. Tetapi keluhan payudaranya sakit masih dirasakan akan tetapi berkurang. Keluhan saat datang kepoliklinik tidak ada. 

3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tahun 1997 pasien pernah operasi gigi.

4.      Riwayat Penyakit Keluarga
DM (-), Jantung (-), Stroke (-), alergi obat (-).

5.      Riwayat Sosial, Ekonomi, Keluarga, dan Budaya
Pasien tinggal bersama Suami dan empat anaknya. Kemapt anaknya sedang kuliah.
                                  
         
III.             PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanggal 15 Mei 2009
1.      Keadaan Umum
Pasien compos mentis, tampak sakit ringan.
2.      Tanda Vital
Suhu                : 36,5 oC                                              BB: 67 kg
Napas              : 20x /menit                                         TB: 155 cm
Nadi                : 88x /menit
TD                   : 126/86 mg
3.      Status Generalis
Kepala             :           Bulat, deformitas (-).
Mata                :           Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-
THT                 :           dalam batas normal.
Leher               :           Trakea di tengah, JVP 5-2 cmH2O, KGB tidak teraba.
Thorax             :           Simetris dalam statis-dinamis.
Paru                 :          Fremitus kanan=kiri, Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
                                    Batas paru kanan sela iga 6 garis midcalvicula, batas kiri sela iga 8 garis axila anterior.
Jantung            :           Bunyi Jantung I-II Normal, murmur (-), gallop(-)
Abdomen         :         Datar, lemas, BU(+) Normal, nyeri tekan (-),Shifting Dullnes (-), Hepar dan Limpa tidak teraba
Ekstremitas     :           Akral hangat, CRT<2”, edema(-).

IV.             PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DPL 10 Februari 2009
Hb                               :           13,4 g/ dL
Ht                                :           39 %
Leukosit                      :           7400 / ul
Trombosit                    :           257000 / ul
MCV                           :           83 fl
MCH                           :           28 pg
MCHC                                    :           34 g/ dL
Diff Count                  :           -/-/3/68/29/-

Kimia Darah 10 Februari 2009
SGOT                          :           25 U/ L
SGPT                           :           11 U/ L
Ureum                         :           28 mg/ dL)
Kreatinin                     :           1,0 mg/ dL
GDS                            :           104
GD2PP                        :           110
HDL                            :           47 mg/dL
LDL                            :           107 mg/ dL (meningkat)
Kolesterol Total           :           189 mg/ dL
Trigliserida                  :           165 mg/ dL (meningkat)
Asam Urat                   :           5,4 mg/ dL


Urinalisis 10 Februari 2009
Berat Jenis                   :           1.030
pH                               :           5
Epitel                           :           +
Leukosit                      :           0-1/ LPB
Eritosit                         :           0-1/ LPB
Protein                         :           -
Glukosa                       :           -
Keton                          :           -
Darah                           :           -
Bilirubin                      :           -
Nitrit                            :           -
Estrase leukosit           :           -
Bakteri                         :           -
Urobilinogen               :           -
Silinder                        :           -
Kristal                          :           -

V.                RESUME
Perempuan usia 50 tahun datang ke poliklinik kebidanan RSCM untuk kontrol teratur. Sembilan bulan SMRS pasien mengatakan bahwa belum mendapat menstruasi selama lima bulan. Oleh karena itu pasien datang kepoliklinik kebidanan untuk melepas IUD dan berkonsultasi apakah pasien telah menepause. Setelah berkonsultasi pasien dianjurkan untuk mengganti kontrasepsinya dari IUD ke pil. Saat itu pasien diberi pil KB microglynon.

Tujuh bulan SMRS pasien datang kembali dengan keluhan bahwa dengan memakai pil microglynon  berat badannya bertambah selain itu sering merasa daerah payudaranya menjadi sakit. Tetapi setelah memakai pil tersebut pasien mengalami menstruasi. Oleh karena itu oleh dokter diganti menjadi pil KB dengan merek Diane 35

Selama pemakaian pil Diane 35 pasien merasa berat badannya menurun dan menstruasi lancar. Tetapi keluhan payudaranya sakit masih dirasakan akan tetapi berkurang. Keluhan saat datang kepoliklinik tidak ada. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien menglami obesitas tipe II dan didapatkan dislipidemia

VI.                  DAFTAR MASALAH
1.            Obesitas tipe II
2.            Dislipidemia

VII.          PENGKAJIAN
1.            Obesitas tipe II didapatakan dari pemeriksaan fisik beruapa berat badan 67 kg dengan tinggi badan 155 cm. Oleh karena itu pasien diedukasi untuk mengatur pola makannya dan melakukkan olahraga. Pasien disarankan untuk konsultasi gizi.
2.            Dislipidemia  berdasarkan atas didapatakan peningkatan LDL dan trigliserida. Oleh karena itu pasien diedukasi untuk mengatur makanannya dan diberikan simvastatin 1 x 10 mg.  










BAB IV
PEMBAHASAN

Wanita, usia 50 tahun datang ke poliklinik kebidanan RSCM untuk kontrol teratur. Sembilan bulan SMRS, pasien mengeluh mengalami amenore selama 5 bulan. Oleh karena itu pasien datang ke poliklinik RSCM untuk melepas IUD dan berkonsultasi apakah pasien telah menepause. Setelah berkonsultasi pasien dianjurkan untuk mengganti kontrasepsinya dari IUD ke pil. Saat itu pasien diberi pil KB microgynon. Dengan pil microgynon menstruasi pasien menjadi teratur tetapi berat badan pasien bertambah dan sering merasa daerah payudaranya menjadi sakit. Akhirnya atas anjuran dokter kebidanan pasien beralih mengkonsumsi pil Diane 35 dan pasien merasa berat badannya turun dan keluhan nyeri payudara berkurang.
Pada pasien ini didapatkan 3 masalah/diagnosis yakni diabetes tipe II, dislipidemia, dan riwayat amenore. Daftar masalah ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Masalah obesitas tipe II ditegakkan atas dasar dari pemeriksaan fisik di dapat berat badan 67 kg dengan tinggi badan 155 cm. Oleh karena itu pasien diedukasi untuk mengatur pola makannya dan melakukkan olahraga. Pasien disarankan untuk konsultasi gizi.

Masalah dislipidemia ditegakkan atas dasar pada pemeriksaan laboratorium didapatakan peningkatan LDL dan trigliserida. Oleh karena itu pasien diedukasi untuk mengatur makanannya dan diberikan simvastatin 1 x 10 mg.  

Masalah riwayat amenore ditegakkan atas anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah tidak mengalami menstruasi selama kurang lebih 5 bulan lamanya, dan kemudian diterapi dengan pil kontrasepsi sebanyak dua macam, dengan yang pertama adalah pil microgynon. Setelah mengkonsumsi pil kontrasepsi pertama tersebut, pasien mengalami penambahan berat badan dan sering merasa nyeri pada daerah payudara. Setelah itu pasien beralih ke pil kontrasepsi lain, yaitu pil Diane 35. dengan pil yang kedua ini pasien mengalami penurunan berat badan dan keluhan nyeri payudara berkurang.
Kontrasepsi hormonal yang cocok dan sesuai dengan pasien, berdasarkan keadaan pasien yang memiliki usia pra menopause, dan masalah obesitas tipe II, dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil kombinasi, suntik kombinasi, minipil progestin dan implant levonorgestrel. Namun dari keempat opsi kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan oleh pasien tersebut, kontrasepsi hormonal pil kombinasi yaitu kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron sintetik yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi pasien karena secara teoritis kontrasepsi hormonal ini hampir 100% efektif.
Beberapa keefektifan dari kontrasepsi hormonal pil kombinasi yakni, memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), risiko terhadap kesehatan sangat kecil, siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause dan pada orang kurus maupun gemuk. Namun pil kombinasi ini juga memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya adalah, pil kombinasi menyebabkan mual terutama pada 3 bulan pertama, nyeri payudara, berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memilki dampak positif.
Pasien ini memiliki riwayat mengkonsumsi kontrasepsi hormonal sebanyak dua regimen. Regimen kontrasepsi hormonal yang pertama yaitu microgynon. Microgynon merupakan golongan obat kontrasepsi hormonal kombinasi, berbentuk pil, merupakan obat paten, mengandung levonorgestrel dan ethinylestradiol. Diberikan peroral 1 tablet sehari selama 28 hari. Memiliki efek samping diantaranya adalah pusing, nyeri payudara, gemuk, dan sebagainya. Setelah mengkonsumsi pil kontrasepsi microgynon tersebut, pasien mengalami penambahan berat badan dan sering merasa nyeri pada daerah payudara. Penambahan berat badan tersebut disebabkan oleh levonorgastrel.
Regimen kontrasepsi yang ke dua adalah Diane 35. Diane 35 merupakan golongan obat kontrasepsi hormonal tunggal, mengandung Cyproterone acetate yang merupakan derivat dari 17-hydroxyprogesterone. Memiliki Nama generik (3'H-Cyclopropa(1,2)pregna-1,4,6-triene 3,20-dione,6-chloro-1-beta,2-beta-dihydro-17-hydroxy-). Diberikan peroral dimulai pada hari pertama haid selama 21 hari dan diikuti 7 hari bebas minum obat. Memiliki efek samping diantaranya, nyeri payudara, pembesaran payudara, migren, perubahan pada berat badan, reaksi hipersensitivitas, dan sebagainya. Dengan pil yang kedua ini pasien mengalami penurunan berat badan dan keluhan nyeri payudara berkurang, padahal efek samping yang ditimbulkan regimen kontrasepsi tersebut adalah salah satunya perubahan berat badan dan nyeri pada payudara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini, regimen kontrasepsi Dien 35 cocok dan sesuai dengan pasien.
Sesuai penjabaran dan penjelasan singkat diatas mengenai kontasepsi hormonal yang cocok dengan pasien, dan melalui pertimbangan keefektifan, kelebihan dan kekurangan dari beberapa kontrasepsi hormonal, maka kontrasepsi hormonal yang cocok dengan pasien adalah kontrasepsi hormonal oral kombinasi progresteron dan estrogen. Sebagai contoh, dari segi masalah penyakit penyerta dislipidemia pada pasien, ternyata dengan kontrasepsi oral kombinasi dapat menstabilkan kadar kolesterol pasien ke arah kadar kolesterol normal secara umum, karena walaupun secara umum progestin sintetik menurunkan HDL dan meningkatkan LDL, namun ternyata estrogen meningkatkan HDL dan trigliserida. Pada wanita dengan dislipidemia terkontrol dapat menggunakan kontrasepsi hormonal oral kombinasi dosis rendah, dengan pengontrolan yang baik.
Menurut pertimbangan penulis, kontrasepsi hormonal oral kombinasi yang cocok dan sesuai dengan pasien adalah marvelon yang mengandung ethinylestradiol dan desogestrel.
Marvelon merupakan kontrasepsi oral monofasik. Dua puluh satu tablet besar warna putih  mengandung 0,15 mg desogestrel dan 0,03 mg etinilestradiol. Tujuh tablet putih yang tidak mengandung zat aktif. Yang mengandung silicon dioksida, laktosa, magnesium stearat, tepung kentang, povidone, asam stearat, alfa tokoferol. Berikut adalah beberapa keterangan terkait regimen kontrasepsi hormonal oral kombinasi marvelon ,
Interaksi
·         Golongan azole antifungal (itraconazole), barbiturat, carbamazepine, felbarmate, griseofulvin, ritonavir, hidantoin, nevirapine, penisilin, rifampisin, topiramate, dan troglitazone menurunkan efektivitas dosegestrel/etinil estradiol.
·         Efek samping dari obat beta bloker atenolol, selegiline, teofilin, dan troleandomisin ditingkatkan oleh dosegestrel/etinil estradiol.
·         Efektivitas lamotrigin diturunkan oleh dosegestrel/etinil estradiol.
Sediaan beredar
Gracial (Organon), Marvelon (Organon), Mercilon (Organon)
Perhatian
Resiko kehamilan jika terlupa minum pil, terutama awal siklus. Harus dilakukan
pemeriksaan darah tinggi, perabaan hati, gula darah, kadar lemak.
Efek samping
Mual, mastalgia, perdarahan antar haid, sakit kepala ringan, jerawat.
Absorbsi
Pemberian secara oral diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan diubah menjadi etonogestrel. Konsentrasi plasma puncak mencapai 2 ng/ml  setelah 1,5 jam setelah minum. Bioavailabilitas 62-81%.
Distribusi
Etonogestrel terikat pada albumin serum dan sex hormone binding globulin (SHBG). Hanya 2-4% dari total konsentrasi serum berada dalam bentuk steroid bebas, 40-70% berikatan dengan SHBG. Etinil estradiol sendiri menginduksi peningkatan ikatan desogestrel dengan SHBG dan menurunkan ikatan desogestrel dengan albumin. Volume distribusi desogestrel adalah 1,5l/kg.
Metabolisme
Etonogestrel dimetabolisme seperti halnya metabolismesteroid lainnya. Laju klirens metabolik adalah 2 ml/menit/kg. Eliminasi Desogestrel dan metabolitnya diekskresikan melalui urindan empedu dalam perbandingan 6:4.
Marvelon merupakan obat kontrasepsi hormonal yang merupakan kombinasi dari 2 zat aktif yaitu etinilestradiol dan desogestrel. Etinilestradiol merupahan hormon sintetik dari estrogen wanita dan desogestrel merupakan generasi ketiga hormon sintetik dari progesteron. Sediaan dalam bentuk tablet

Kontraindikasi
·         Trombosis atau riwayat trombosis vena dalam, emboli paru, infark miokard dan stroke.
·         Tia, angina pektoris.
·         Terdapat faktor yang meningkatkan kejadian trombosis seperti hipertensi.
·         Gangguan fungsi hati yang lama dan ireversibel.
·         Tumor hati.
·         Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
·         Diketahui atau dicurigai hamil.
·         DM dengan komplikasi vaskular.
·         Hipersensitif terhadap komponen.
Cara pemberian
·         Tablet diminum setiap hari satu tablet sehari.
·         Jika pengguna lupa minum tablet dalam waktu < 12 jam, efektivitasnya tidak berkurang. Tablet yang terlupa harus segera diminum dan tablet yang akan diminum berikutnya, diminum sesuai dengan waktu biasanya. Jika pengguna lupa minum samapai > 12 jam maka efektivitas proteksinya berkurang. Hal ini berlaku juga untuk pil KB yang menggunakan pil 21 tablet.
Perhitungan dosis
Dalam memilih jenis pil kombinasi, pertama yang harus diperhatikan adalah ada tidaknya indikasi kontra, yaitu ada tidaknya tromboflebitis, atau riwayat tromboflebitis, kelainan serebrovaskular, gangguan fungsi hati, adanya keganasan pada payudara dan alat reproduksi, adanya kehamilan dan varises berat. Dosis estrogen yang dianjurkan adalah 50 mcg atau kurang korelasi dengan potensi estrogen dan tromboemboli. Pada pasien tersebut tidak terdapat adanya indikasi kontra, sehingga dosis estrogennya adalah 50 mcg atau kurang.


Anjuran
Pada pasien ini didapatkan adanya obesitas tipe II, dan dislipidemia, sehingga dianjurkan untuk menjaga pola diet, yaitu diet rendah kolesterol dan garam, selain itu olah raga aerobik 2-3 kali per minggu minimal persesi selama 30 menit. Sedangkan untuk terapi kontrasepsi oral hormonal, pasien dianjurkan untuk lebih teliti dan teratur dalam mengkonsumsi tablet kontrasepsi oral hormonal (marvelon) tersebut. Jika pasien lupa minum tablet kontrasepsi oral hormonal dalam waktu < 12 jam, efektivitasnya tidak berkurang. Tablet yang terlupa harus segera diminum dan tablet yang akan diminum berikutnya, diminum sesuai dengan waktu biasanya. Jika pengguna lupa minum samapai > 12 jam maka efektivitas proteksinya berkurang. Hal ini berlaku juga untuk pil KB yang menggunakan pil 21 tablet.























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

 Kontrasepsi merupakan pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam pada endometrium ( mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak cocok untuk ovum yang telah dibuahi).
Dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi hubungannya dengan pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pasien, diperlukan suatu konseling yang berarti petugas medis membantu pasien untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan juga dengan konseling yang baik akan membantu pasien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan program KB.
Kontrasepsi hormonal yang cocok dan sesuai dengan pasien, berdasarkan keadaan pasien yang memiliki usia pra menopause, dan masalah obesitas tipe II, dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil kombinasi, suntik kombinasi, minipil progestin dan implant levonorgestrel. Namun dari keempat opsi kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan oleh pasien tersebut, kontrasepsi hormonal pil kombinasi yaitu kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron sintetik yang lebih cocok dan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada pasien ini pemberian kontrasepsi sudah benar dan rasional. Benar, karena sesuai dengan pertimbangan pemakaian kontrasepsi hormonal oral sesuai dengan rekomendasi American Collage of Obstetrics yaitu pemberian kontrasepsi hormonal setelah sebelumnya melakukan penelusuran riwayat medik sederhana dan pengukuran tekanan darah. Rasional karena pemilihan jumlah dan dosis kontrasepsi hormonal kombinasi sesuai dengan kondisi pasien dan perubahan pemberian regimen kontrasepsi hormonal oral dilakukan setelah timbul efek samping yang tidak mengenakan pada pasien.
Pemilihan alat kontrasepsi, jumlah dan dosis perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan kondisi pasien secara holistik, dengan sebelumnya dilakukan konseling secara optimal karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil yang dicapai.




















BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1.      Departemen Kesehatan RI. Paduan Pelayanan Keluaraga Berencana. Jakarta: Dep.Kes, 2006.
  1. Dosegestrel. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/dosegestrel tanggal 18 Mei 2009.
  2. Mestranol/noretindrone. Diunduh dari www.drugs.com/cdi/mestranol-norethindrone. html tanggal 18 mei 2009.
  3. Depomedroksiprogesteron asetat. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/ depomedroksiprogesteron asetat  tanggal 18 Mei 2009.
  4. Linestrenol. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/linestrenol tanggal 18 Mei 2009.
6.      Levonorgestrel. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/linestrenol tanggal 18 Mei 2009.
  1. Etonogestrel. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/etonogestrel tanggal 18 Mei 2009.
  2. Gestoden. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/gestoden tanggal 18 Mei 2009.
  3. Drospirenon. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/drospirenon tanggal 18 Mei 2009.
  4. Cyproterone Acetat. Diunduh dari www.winkipedia.org/wiki/cyproteroneacetat  tanggal 18 Mei 2009.
  5. Marvelon. Diunduh dari www.home.intekom.com/pharm/donmed/marvelon.html  tanggal 19 Mei 2009.
  6. Etinil estradiol. Diunduh dari www. home.intekom.com/pharm/donmed/etinilestradiol.html tanggal 19 Mei 2009.
  7.  Kontrasepsi. Dalam: Sukandar EY, etal.editor. Iso farmakoterapi. Jakarta: ISFI.2008. p.43-59.
  8. Amenorrhea. www.winkipedia.org/wiki/amenorrhea  tanggal 19 Mei 2009.